07 Juni 2008

PEDOMAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM

BAB I. PENDAHULUAN

Sejak kesehatan diketahui merupakan salah satu dari kebutuhan dasar setiap umat manusia (WHO, 1946), maka berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu upaya tersebut yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggaraan kesehatan (Blum, 1976). Ini selaras dengan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Sistem Kesehatan Nasional.
Puskesmas mempunyai fungsi pembangnan yang berwawasan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan yang bertangggung jawab tentang kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, sebagai sarana pelayanan kesehatan pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau semua lapisan masyarakat.
Pada era desentralisasi untuk menghadapi berbagai tantangan berkaitan dengan makin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang bermutu. Hal ini diwujudkan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia .sehingga pelayanan kesehatan tetap terjaga sesuai standar profesi yang ada.
Maka dari itu disusunlah suatu standar pemeriksaan fisik umum dengan harapan petugas mempunyai alat ukur untuk pelayanan kesehatan yang diberikan.

BAB II. PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Topik :
1. beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik
2. syarat pemeriksaan fisik umum
3. Jenis pemeriksaan fisik: inspeksi,Palpasi, Perkusi dan auskultasi
4. posisi pemeriksaan

1. beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik

Dalam melakukan pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan beberapa hal yang sangat mendasar yaitu :


  1. Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan
  2. Jagalah privasi pasien
  3. Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis
  4. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa)
  5. Beri instruksi spesifik yang jelas
  6. Berbicaralah yang komunikatif
  7. Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan
  8. Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien

2. syarat pemeriksaan fisik umum

Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pemeriksaan fisik umum antara lain :

  1. Kompetensi petugas
  2. Ruang pemeriksaan sesuai standar
  3. Alat Bantu pemeriksaan sesuai standar dan berfungsi baik
  4. Buku dan alat pencatat
3. Jenis pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistimatis dan saling mendukung, yaitu :

A. PEMERIKSAAN INSPEKSI

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien.. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran , tumor dan lainnya dari tubuh pasien.

Cara pemeriksaan
  1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
  2. Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka ( diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut.)
  3. Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas. Catat hasilnya

B. PEMERIKSAAN PALPASI

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan / organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.

Cara pemeriksaan
  1. Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
  2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan
  3. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
  4. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
  5. Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan ringan dan sebentar-sebentar.
  6. Lakukan palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan
  7. Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.
  8. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
  9. Lakukan Palpasi ringan apabila memeriksa organ/ jaringan yang dalamnya kurang dari 1 cm.
  10. Lakukan Palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/ jaringan dengan kedalaman 1 - 2,5 cm.
  11. Lakukan Palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan dimana satu tangan direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ / jaringan tubuh, sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan yang dibawah untuk mendeteksi karakteristik organ/ jaringan.
  12. Rasakan dengan seksama kelainan organ/ jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/ tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/ lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan .
  13. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat
C. PEMERIKSAAN PERKUSI

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan

Cara pemeriksaan
Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung pada bagian mana yang akan diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka

  1. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil perkusi.
  2. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
  3. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
  4. Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan :
  1. Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengentokan jari tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.
  2. Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :
  • Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter di letakkan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan tubuh.
  • Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor, untuk memukul/ mengetuk persendian distal dari jari tengah tangan kiri.
  • Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/ tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek.
  • Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
  • Bandingkan bunyi frekuensi dengan akurat.
6. Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi.
  • Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas seperti drum (lambung).
  • Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema (paru normal).
  • Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan (empisema paru).
  • Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).
  • Bunyi kempes mempunyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu pendek, kualitas datar (otot).

Selanjutnya : Pemeriksaan Auskultasi

0 komentar:

Posting Komentar